Rabu, 05 Agustus 2015

PERBANDINGAN POLA PENGULANGAN KATA BAHASA MADURA DENGAN BAHASA INDONESIA

PERBANDINGAN POLA PENGULANGAN KATA
BAHASA MADURA DENGAN BAHASA INDONESIA

Comparison of Pattern Repeat Words
Madura Language with Indonesian

Musaffak
E-mail: musaffak.umm@gmail.com

Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Muhammadiyah Malang
Jalan Raya Tlogomas 246 Malang
Naskah diselesaikan: Jumat, 5 Juni 2015

Abstract
Repetition of words in Madura language is very interesting because it has distinctiveness, especially in the aspect of repetition patterns. Repeating pattern that occurs in the Madura language is very unique, because it rarely and even no kind of repetition which repeats the second basic syllable and most of basic in the second morpheme. A very striking comparison can be seen between repetition patterns of Madura with Indonesian language. In Madura word repetition there is differences repetition patterns of words with Indonesian. Repetition pattern of words in Madura languages which different include partially repetition, repetition patterns combined with the process of affixing affixes, repetition with change of phonemes, and the apparent repetition. In the Madura languages there are similarities repeating pattern of words with Indonesian in a repetition pattern all of the words.

Keywords: repetition pattern of words, Madura
languages, Indonesian

Abstrak
Pengulangan kata dalam bahasa Madura sangat menarik karena mempunyai kekhasan, khususnya pada aspek pola perulangannya. Pola pengulangan yang terjadi dalam bahasa Madura ini sangat unik, karena jarang dan malah tidak ada pengulangan sejenis yang mengulang suku kata bentuk dasar kedua dan kebanyakan bentuk dasarnya berada pada morfem ulang  kedua. Perbandingan yang sangat mencolok dapat dilihat antara pola pengulangan Bahasa Madura dengan bahasa Indonesia. Dalam pengulangan kata bahasa Madura terdapat perbedaan pola pengulangan kata dengan bahasa Indonesia. Pola pengulangan kata dalam bahasa Madura yang berbeda meliputi pola pengulangan sebagian, pola pengulangan yang berkombinasi dengan proses pembubuhan afiks, pengulangan dengan perubahan fonem, dan pengulangan semu. Dalam bahasa Madura terdapat persamaan pola pengulangan kata dengan bahasa Indonesia dalam hal pola pengulangan seluruh saja.

Kata kunci: pola pengulangan kata, bahasa Madura, bahasa Indonesia

PENGANTAR
Bahasa merupakan alat komunikasi antara anggota masyarakat berupa simbol bunyi yang dihasilkan oleh alat ucap manusia. Bahasa juga sebagai alat interaksi atau alat komunikasi dalam masyarakat yang bersifat arbitrer. Melalui bahasa manusia dengan mudah mengungkapkan pikiran, gagasan, konsep, perasaan dan berbagai pengalaman kepada sesamanya. Begitu juga sebaliknya, manusia akan mengalami kesulitan dalam menyampaikan pikiran, gagasan, konsep, dan perasaan apabila tidak ada bahasa sebagai alat komunikasinya.
Sehubungan dengan hal ini, Wardaugh (dalam Chaer, 2003: 33) juga berpendapat bahwa fungsi bahasa adalah sebagai alat komunikasi manusia, baik lisan maupun tulisan. Namun, fungsi ini sudah mencakup lima fungsi dasar  yang menurut Kinneavi disebut fungsi eskpresi, fungsi informasi, fungsi ekplorasi, fungsi persuasi dan fungsi entertaimen.
            Kelima  fungsi dasar ini mewadahi konsep bahwa bahasa merupakan alat untuk melahirkan ungkapan batin yang ingin disampaikan seseorang penutur kepada orang lain. Pernyataan senang, benci, kagum marah, jengkel, sedih, dan kecewa dapat diungkapkan dengan bahasa, meskipun tingkah laku, gerak-gerik dan mimik juga dapat berperan dalam pengungkapan ekspresi batin itu. Fungsi informasi adalah fungsi untuk menyampaikan pesan atau amanat kepada orang lain. Fungsi ekplorasi adalah penggunaan bahasa untuk menjelaskan sesuatu hal, perkara, dan keadaan. Fungsi persuasi adalah penggunaan bahasa yang bersifat mempengaruhi atau mengajak orang lain untuk melakukan atau tidak melakukan sesuatu secara baik-baik. Sedangkan fungsi yang terakhir adalah fungsi entertaint, yaitu penggunaan bahasa dengan maksud menghibur, menyenangkan, atau memuaskan perasaan batin (Chaer, 2003: 33).
Ragam bahasa mencakup beberapa hal, yaitu ragam bahasa pada bidang tertentu seperti bahasa istilah hukum, bahasa sains, bahasa jurnalistik, dan sebagainya; ragam bahasa pada perorangan atau idiolek; ragam bahasa pada kelompok anggota masyarakat suatu wilayah atau dialek seperti dialek bahasa Madura, dialek bahasa Medan, dialek bahasa Sunda, dialek bahasa Bali, dialek bahasa Jawa, dan lain sebagainya; ragam bahasa pada kelompok anggota masyarakat suatu golongan sosial seperti ragam bahasa orang akademisi berbeda dengan ragam bahasa orang-orang jalanan; ragam bahasa pada bentuk bahasa seperti bahasa lisan dan bahasa tulisan; dan ragam bahasa pada suatu situasi seperti ragam bahasa formal (baku) dan informal (tidak baku).
Begitu juga dengan masyarakat Madura yang mempunyai bahasa dan dialek yang berbeda-beda. Hampir 95 % masyarakat Madura menggunakan Bahasa Madura sebagai alat komunikasi, di antaranya masyarakat yang tersebar di  Bangkalan, Sampang, Pamekasan, dan Sumenep. Keunikan bahasa Madura tampak pada kata demi kata yang dituturkan. Penuturan kata bahasa Madura yang berbeda menjadi ciri khas bagi pendengarnya.
Bahasa Madura dalam kedudukannya sebagai bahasa daerah memiliki berbagai fungsi, yaitu sebagai lambang kebanggaan daerah, lambang identitas daerah, dan alat penghubung di dalam keluarga dan masyarakat daerah. Dalam hubungannya dengan fungsi bahasa Indonesia, bahasa daerah berfungsi sebagai pendukung bahasa nasional, bahasa pengantar di sekolah dasar di daerah tertentu pada tingkat permulaan untuk memperlancar pengajaran bahasa Indonesia dan mata pelajaran lain, dan alat pengembangan serta pendukung kebudayaan daerah (Soegianto, dkk, 1986: 1).
Bahasa Madura sebagai salah satu bahasa daerah yang ada di Indonesia ternyata masih hidup dan berkembang sampai ke luar pulau. Bahasa ini juga masih banyak digunakan penutur asli sebagai alat komunikasi sehari-hari, karena dijadikan mata pelajaran wajib sebagai mata pelajaran muatan lokal di sekolah dasar dan menengah. Biasanya tenaga pengajarnya harus asli orang Madura supaya proses pembelajaran lebih mudah dan penutur asli sudah terbiasa dengan bahasa Madura. Bahasa Madura ini juga sebagai bahasa ibu serta sekaligus sebagai simbol budaya.
Di samping itu, bahasa Madura juga terkenal dengan karakteristik pengulangannya yang khas, sehingga sering dipakai sebagai ikon sosok Madura dalam berbagai pertunjukan, seperti pada Bu Bariyah di Unyil dengan kata bo‘-abo’-nya seperti nga’-enga’ (ingat-ingat), din-daddin (jadi), reng-oreng (orang-orang), tong-settong (satu-satu), dan sebagainya.
Bahasa masyarakat Madura selalu ada perbedaan dalam pengucapan dan penulisan, khususnya kata ulang. Seperti pada kosakata bahasa Madura kata lem-malem berasal dari bentuk dasar malem. Pengulangan yang terjadi dalam bahasa Madura ini sangat unik, karena jarang dan malah tidak ada pengulangan sejenis yang mengulang suku kata bentuk dasar kedua dan kebanyakan bentuk dasarnya berada pada morfem ulang kedua. Tidak seperti pengulangan bahasa Indonesia pada umumnya dengan kata yang sama, seperti kata malam-malam dengan bentuk dasar malam.
Pola pengulangan bahasa Madura semacam ini menjadi daya tarik tersendiri untuk dikaji, karena dapat menambah pengetahuan yang lebih luas lagi masalah bahasa Madura, khususnya reduplikasi kata dalam bahasa Madura. Daya tarik untuk meneliti itu muncul karena perbedaan-perbedaan dalam penuturan bahasa Madura yang tidak sama dan tidak bisa didapatkan dalam reduplikasi kata dalam Bahasa Jawa ataupun Bahasa Indonesia.

PEMBAHASAN
Kajian Morfologi
                        Morfologi merupakan cabang ilmu bahasa yang membicarakan seluk-beluk bentuk kata serta pengaruh perubahan-perubahan bentuk kata terhadap golongan dan arti kata; atau dengan kata lain bahwa morfologi adalah cabang ilmu yang mempelajari seluk-beluk bentuk kata serta fungsi perubahan-perubahan bentuk kata itu, baik fungsi gramatik maupun fungsi semantik (Ramlan, 1985: 19). Di pihak lain, Chaer (2008: 3) mengungkapkan bahwa morfologi adalah ilmu yang membicarakan tentang bentuk-bentuk dan pembentukan kata. Contoh, kata bersepeda terdiri dari dua morfem, ialah ber- sebagai afiks dan morfem sepeda sebagai bentuk dasarnya, dan kata rumah-rumahan terdiri dari tiga morfem, ialah rumah sebagai bentuk dasar, diikuti morfem rumah sebagai morfem ulang dan morfem -an sebagai afiks.




Proses Morfologis
Menurut Tarigan (1987: 32), proses morfologis adalah suatu proses pembentukan kata-kata dari satuan lain yang merupakan bentuk dasarnya. Bentuk dasarmya itu mungkin berupa kata, seperti pada kata terjauh yang dibentuk dari kata jauh; mungkin berupa pokok kata, misalnya bertemu yang dibentuk dari pokok kata temu; mungkin berupa frase, misalnya kata ketidakadilan yang dibentuk dari frase tidak adil; mungkin berupa kata dan kata, misalnya kata rumah sakit yang dibentuk dari kata rumah dan kata sakit; mungkin berupa kata dan pokok kata, misalnya kata pasukan tempur yang dibentuk dari kata pasukan dan pokok kata tempur; mungkin berupa pokok kata dan pokok kata, misalnya kata lomba tari yang dibentuk dari pokok kata lomba dan pokok kata tari. Dalam bahasa Indonesia terdapat tiga proses morfologis, yaitu proses pembubuhan afiks, proses pengulangan, dan proses pemajemukan/komposisi (Ramlan, 1985: 46-47).

Proses Pengulangan
Ramlan (1985: 57-61) menyatakan bahwa proses pengulangan atau reduplikasi ialah suatu proses pengulangan satuan gramatik, baik seluruh maupun sebagiannya, baik dengan variasi fonem maupun tidak. Hasil pengulangan itu di sini disebut kata ulang, sedangkan satuan yang diulang merupakan bentuk dasar. Misalnya:

rumah-rumah                     rumah
jalan-jalan                          jalan
berjalan-jalan                     berjalan
bermain-main                    bermain
main-mainan                      mainan

Ciri-ciri kata ulang, yaitu (1) menimbulkan makna gramatis, (2) terdiri lebih dari satu morfem, (3) selalu memiliki bentuk dasar, misalnya:

rumah-rumah                                 rumah
perumahan-perumahan                  perumahan
sakit-sakit                                      sakit
dua-dua                                         dua

(4) pengulangan pada umumnya tidak mengubah golongan kata atau kelas kata. Apabila suatu kata ulang berkelas kata benda, bentuk dasarnya pun berkelas kata benda. Begitu juga, apabila kata ulang itu berkelas kata kerja, bentuk dasarnya juga berkelas kata kerja. Misalnya:

berkata-kata (kata kerja)                           berkata (kata kerja)
gunung-gunung (nominal)             gunung (nominal)
cepat-cepat (kata sifat)                              cepat (kata sifat)
sepuluh-sepuluh (kata bilangan)                sepuluh (kata bilangan)

(5) bentuk dasar kata ulang selalu ada dalam pemakaian bahasa, misalnya:

memperkata-katakan                     memperkatakan bukan memperkata
mengata-ngatakan                         mengatakan bukan mengata
menyadar-nyadarkan                    menyadarkan bukan menyadar
berdesak-desakan                          berdesakan bukan berdesak

(6) arti bentuk dasar kata ulang selalu berhubungan dengan arti kata ulangnya. Ciri ini sebenarnya untuk menjawab persoalan bentuk kata yang secara fonemis berulang, tetapi bukan merupakan hasil proses pengulangan. Misalnya: 

alun-alun                           bukan alun
undang-undang                 bukan undang

Ramlan (1985: 62-68) mengungkapkan bahwa berdasarkan cara mengulang bentuk dasarnya, pengulangan dapat digolongkan menjadi empat golongan, yaitu pengulangan seluruh, pengulangan sebagian, pengulangan yang berkombinasi dengan proses pembubuhan afiks, dan pengulangan dengan perubahan fonem. Hal senada juga diungkapkan Putrayasa (2008: 181-182) yang menyatakan bahwa pengulangan digolongkan menjadi tiga golongan, yaitu pengulangan utuh, pengulangan sebagian, dan pengulangan dengan perubahan bunyi.
1)      Pengulangan seluruh/utuh
Pengulangan seluruh ialah pengulangan seluruh bentuk dasar, tanpa perubahan fonem dan tidak berkombinasi dengan proses pembubuhan afiks. Misalnya:
sepeda                               sepeda-sepeda
buku                                  buku-buku
sekali                                 sekali-sekali
pembangunan                    pembangunan-pembangunan
pengertian                                     pengertian-pengertian

2)      Pengulangan sebagian
Pengulangan sebagian ialah pengulangan sebagian dari bentuk dasarnya. Di sini bentuk dasar tidak diulang seluruhnya. Hampir semua bentuk dasar pengulangan golongan ini berupa bentuk kompleks. Apabila bentuk dasar itu berupa bentuk kompleks, kemungkinan-kemungkinan bentuknya sebagai berikut.
a.       Bentuk meN-. Misalnya:
mengambil                         mengambil-ambil
membaca                           membaca-baca
menjalankan                      menjalan-jalankan
melambaikan                     melambai-lambaikan

b.      Bentuk di-. Misalnya:
ditarik                                ditarik-tarik
dikemasi                            dikemas-kemasi
diperkatakan                     diperkata-perkatakan
diperlambatkan                 diperlambat-lambatkan

c.       Bentuk ber-. Misalnya:
berjalan                              berjalan-jalan
bertemu                             bertemu-temu
bermain                             bermain-main
bersiap                               bersiap-siap

d.      Bentuk ter-. Misalnya:
terbatuk                             terbatuk-batuk
terbentur                            terbentur-bentur
tergoncang                                    tergoncang-goncang
tersenyum                          tersenyum-senyum

e.       Bentuk ber-an. Misalnya:
berlarian                            berlari-larian
berhamburan                     berhambur-hamburan
berjauhan                           berjauh-jauhan
berdekatan                        berdekat-dekatan

f.       Bentuk -an. Misalnya:
minuman                           minum-minuman
makanan                            makan-makanan
tumbuhan                          tumbuh-tumbuhan
karangan                            karang-karangan

g.      Bentuk ke-. Misalnya:
kedua                                kedua-dua
ketiga                                ketiga-tiga
keempat                             keempat-empat
kelima                                kelima-lima  

3)      Pengulangan yang berkombinasi dengan proses pembubuhan afiks
Golongan ini bentuk dasar diulang seluruhnya dan berkombinasi dengan proses pembubuhan afiks, maksudnya pengulangan ini terjadi bersama-sama dengan proses pembubuhan afiks dan bersama-sama pula mendukung satu fungsi. Misalnya kata ulang kereta-keretaan. Bentuk dasar itu selalu berupa satuan yang terdapat dalam penggunaan bahasa dan dapat ditentukan bahwa bentuk dasar bagi kata ulang kereta-keretaan adalah kereta dan bukan keretaan. Yang menjadi masalah sekarang, bagaimana proses terbentuknya bentuk dasar kereta menjadi kereta-keretaan.
Terdapat dua pilihan. Pilihan pertama ialah bentuk dasar kereta diulang menjadi kereta-kereta, lalu mendapat bubuhan afiks -an, menjadi kereta-keretaan. Jadi prosesnya sebagai berikut:

kereta            kereta-kereta             kereta-keretaan

Pilihan kedua ialah bentuk dasar kereta diulang dan mendapat bubuhan afiks -an. Jadi prosesnya:

kereta            kereta-keretaan

Beberapa contoh yang lain, misalnya:

anak                       anak-anakan
rumah                    rumah-rumahan
orang                     orang-orangan
hitam                     hitam-hitaman

4)      Pengulangan dengan perubahan fonem
Kata ulang yang pengulangannya termasuk golongan ini sebenarnya sangat sedikit. Di samping kata ulang bolak-balik terdapat pula kata kebalikan, sebaliknya, dibalik, membalik. Dari perbandingan itu, dapat disimpulkan bahwa kata bolak-balik dibentuk dari bentuk dasar balik yang diulang seluruhnya dengan perubahan fonem, ialah dari /a/ menjadi /o/, dan dari /i/ menjadi /a/. Contoh lainnya:

gerak                     gerak-gerik
robek                     robak-rabik
serbi                       serba-serbi

Pada kata gerak-gerik terdapat perubahan fonem, dari fonem /a/ menjadi fonem /i/; pada kata robak-robik terdapat perubahan fonem /o/ menjadi /a/ dan fonem /e/ menjadi /a/ dan /i/; pada kata serba-serbi terdapat perubahan fonem /a/ menjadi /i/.
Di samping perubahan fonem vokal, terdapat juga perubahan fonem konsonan. Misalnya:

lauk                       lauk-pauk
ramah                    ramah-tamah
sayur                      sayur-mayur

Selain empat golongan pengulangan di atas, ternyata terdapat satu golongan pengulangan yang sifatnya semu, yaitu pengulangan semu. Pengulangan semu adalah pengulangan yang tidak jelas bentuk dasarnya. Ketidakjelasan itu disebabkan oleh (a) unsur yang tampaknya sebagai bentuk dasar itu tidak pernah muncul sebagai kata, (b) unsur yang bersangkutan tidak pernah bergabung dengan unsur bermakna yang lain, dan (c) unsur itu bukan unsur bermakna. Misalnya, unyeng di dalam unyeng-unyeng ’pusar kepala’ tidak pernah mandiri sebagai kata, tidak pernah berkombinasi dengan unsur bermakna yang lain, dan bukan unsur bermakna.

Bahasa Madura  
Bahasa Madura adalah bahasa yang digunakan Suku Madura. Seperti bahasa lainnya Bahasa Madura terbagi-bagi atas dialek, yang meskipun berbeda namun masih bisa saling dimengerti. Bahasa Madura juga mengenal dialek sosial seperti halnya Bahasa Jawa, Sunda, Bali dan Sasak. Dalam pemakaiannya secara sosial, Bahasa Madura dikategorikan dalam tiga kategori, yaitu (a) ja' - iya (sama dengan ngoko), (b) engghi-enthen (sama dengan Madya), dan (c) engghi-bunthen (sama dengan krama). Contoh :

Berempa' arghena paona? : Mangganya berapa harganya? (Ja'-iya) Saponapa argheneppon paona? : Mangganya berapa harganya? (Engghi-Bunthen)

Berdasarkan dari pemakaian dialeknya, Bahasa Madura dibedakan atas (a) dialek Bangkalan (ciri khasnya ada hedheh, atau seddheh: kau), (b) dialek Sampang  (ciri khasnya ada kata kakeh = kau), (c) dialek Pamekasan, (d) dialek Sumenep (merupakan bahasa Madura baku), (e) dialek Kangean  (dialek Madura yang paling berbeda), (f) dialek Pendhalungan (perpaduan antara dialek-dialek Madura dan bahasa Jawa), dan (g) dialek Bawean (Dradjid, 2002: 18).

Perbandingan Pola Pengulangan Kata Bahasa Madura dengan Bahasa Indonesia
Pola pengulangan kata dalam bahasa Madura, teridentifikasi adanya beberapa perbedaan dan persamaan pola pengulangan kata dalam bahasa Madura dengan bahasa Indonesia, yakni berupa bentuk pengulangan seluruh/utuh, pengulangan sebagian, pengulangan yang berkombinasi dengan proses pembubuhan afiks, pengulangan dengan perubahan fonem, dan bentuk pengulangan semu. Keseluruhan bentuk pengulangan tersebut dipaparkan dalam poin berikut ini.

Perbedaan Pola Pengulangan Seluruh/Utuh antara Bahasa Madura dengan Bahasa Indonesia
Pola pengulangan seluruh/utuh antara bahasa Madura dengan bahasa Indonesia tidak terdapat perbedaan. Hal ini dapat dilihat pada pemaparan di bawah ini.

Bahasa Madura                                 Bahasa Indonesia
onggu-onggu                                       sungguh-sungguh
senneng-senneng                                 senang-senang
ngodha-ngodha                                   muda-muda
bab-bab                                               bab-bab
tana-tana                                             tanah-tanah

Persamaan Pola Pengulangan Seluruh/Utuh antara Bahasa Madura dengan Bahasa Indonesia
Terdapat persamaan pola pengulangan seluruh/utuh antara Bahasa Madura dengan Bahasa Indonesia. Hal itu dapat dilihat pada contoh yang ada. Persamaan pola pengulangan seluruh/utuh antara Bahasa Madura dengan Bahasa Indonesia dapat dilihat pada pemaparan di bawah ini.

Bahasa Madura                                 Bahasa Indonesia
onggu-onggu                                       sungguh-sungguh
senneng-senneng                                 senang-senang
ngodha-ngodha                                   muda-muda
bab-bab                                               bab-bab
tana-tana                                             tanah-tanah
kakorangan-kakorangan                     kekurangan-kekurangan
kawajiban kawajiban                          kewajiban-kewajiban
kennangngan-kennangngan                tempat-tempat
panerrangan-panerrangan                 penerangan-penerangan

Semua kata ulang di atas merupakan pengulangan seluruh dalam bahasa Madura. Pengulangan ini terjadi pada kata dasar atau kata bentukan kedua bentuk dasar yang mengalami proses pengulangan. Pola pengulangan yang sama juga terjadi pada bahasa Indonesia. Jadi, sesuai contoh di atas bahwa pola pengulangan seluruh/utuh antara Bahasa Madura dengan Bahasa Indonesia ada persamaan.

Perbedaan Pola Pengulangan Sebagian antara Bahasa Madura dengan Bahasa Indonesia
Pola pengulangan sebagian antara bahasa Madura dengan bahasa Indonesia berbeda. Untuk membuktikan kebenaran adanya perbedaan pola pengulangan sebagian antara Bahasa Madura dengan Bahasa Indonesia, dapat dilihat pada pemaparan di bawah ini.

Bahasa Madura                                 Bahasa Indonesia
ter-ater                                                makanan/bingkisan
los-ngellos                                           mengelus-elus
en-maen                                              bermain
sa’-kasa’                                              diam-diam
mon-temmon                                       bertemu
sat-mesat                                             mengusap
gir-gigir                                               marah-marah
wal-djuwal                                          jualan
so-meso                                               mengumpat                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                         
ko’-ngangko’                                       mengangkut
ba-rebba                                              memberi bingkisan
dhu’-nondhu’                                      menunduk-nunduk
dur-nyalodur                                       menerobos
mo-temmo                                           bertemu
ca-maca                                              membaca
cap-keccap                                          mengecap
kong-markong                                     nongkrong
lak-ngolak                                           berbelanja
co-ngoco                                             mengejek
rak-nerrak                                           menginjak
man-ngoman                                       memohon
ne’-sakone’                                          sedikit-sedikit
tor-kotor                                              kotor
ra-mera                                               merah-merah
rang-rangrang                                    jarang
ba’-juba’                                             jelek
wa-towa                                              tua-tua
dus-todus                                             malu-malu
bit-abit                                                 lama
rak-perag                                            senang
nye-nganye                                          manja
gi-tenggi                                              tinggi-tinggi
ru-biru                                                 biru-biru
neng-koneng                                        kuning-kuning
leng-celleng                                         hitam-hitam
ne-ane                                                  aneh
bur-lebur                                             seru-seru
dha’-pandha’                                      pendek-pendek
con-locon                                            komedi
bi’-dibi’                                               sendiri
neng-enneng                                       diam
mar-samar                                          samar-samar
ter-penter                                             pintar-pintar
bi-lebbi                                                lebih
eng-aeng                                             air
bing-tabing                                          gedek (anyaman)
le-tale                                                  tali-tali
ca’-oca’                                               pembicaraan
se-korse                                               kursi-kursi
pe-sape                                                sapi-sapi
ku-buku                                               buku-buku
na’-kana’                                             anak-anak
red-mored                                           murid-murid
po-sapo                                               sapu
gar-agar                                              agar-agar
po’-compo’                                          rumah-rumah
las-alas                                                hutan-hutan
sa-disa                                                 desa-desa
tha-kottha                                            kota-kota
o-prao                                                             perahu-perahu
pong-kampong                                    kampung-kampung
ca-kanca                                              teman-teman
re’-kere’                                              anak kecil
djam-adjam                                         ayam-ayam
no’-mano’                                           burung-burung
ban-keban                                           oleh-oleh
pa’-bapa’                                            bapak-bapak
rem-kerem                                           kiriman
ke’-lake’                                              laki-laki
cak-lencak                                           kursi-kursi dari bambu
rang-birang                                         kaki seribu
gun-tenggun                                        hiburan
tes-pettes                                              petis-petis
dhak-ondhak                                       tangga
nang-penang                                       pinang
bar-gambar                                         gambar-gambar
to-conto                                               contoh-contoh
po’-klompo’                                         kelompok-kelompok
te-bukte                                                bukti-bukti
ta-rata                                                 rata-rata
ne’-bine’                                              perempuan-perempuan
ber-somber                                          sumber
tong-settong                                         satu-satu
wa’-dhuwa’                                         dua-dua
lo’-tello’                                               tiga-tiga
dha’-adha’                                          pertama
bang-sebang                                        semua
lem-malem                                          malam-malam
re’-nare’                                              sore-sore
gu-laggu                                              pagi-pagi
ra’-para’                                             hampir
bu-sobbu                                             shubuh-shubuh
ra-kera                                                kira-kira
gir-menggir                                         pinggir
keng-bingkeng                                     di belakang
di-budi                                                 terakhir
man-dimman                                       di mana-mana

Kata ter-ater merupakan bahasa Madura, sedangkan kalau diartikan dalam bahasa Indonesia bermakna ’makanan/bingkisan’. Kata ter-ater jelas berbeda pola maknannya, karena pengulangan bahasa Madura mengalami penghilangan pada suku kata pertama dari bentuk  dasar yang diulang (berlaku untuk contoh-contoh yang lain), sedangkan pola pengulangan sebagian versi bahasa Indonesia tidak mengalami penghilangan pada suku kata pertama. Jadi, pola pengulangan sebagian antara Bahasa Madura dengan Bahasa Indonesia berbeda.

Persamaan Pola Pengulangan Sebagian antara Bahasa Madura dengan Bahasa Indonesia
Pola pengulangan sebagian antara bahasa Madura dengan bahasa Indonesia tidak ada persamaan. Hal ini terjadi karena pengulangan bahasa Madura mengalami penghilangan pada suku kata pertama dari bentuk dasar yang diulang dan juga berlaku untuk contoh-contoh yang lain. Hal itu dapat dilihat pada contoh berikut.

Bahasa Madura                                 Bahasa Indonesia
ter-ater                                                makanan/bingkisan
los-ngellos                                           mengelus-elus
en-maen                                              bermain
sa’-kasa’                                              diam-diam
mon-temmon                                       bertemu
sat-mesat                                             mengusap

Perbedaan Pola Pengulangan yang Berkombinasi dengan Proses Pembubuhan Afiks antara Bahasa Madura dengan Bahasa Indonesia
Terdapat perbedaan pola pengulangan yang berkombinasi dengan proses pembubuhan afiks antara bahasa Madura dengan bahasa Indonesia. Hal ini dapat dilihat pada pemaparan di bawah ini.

Bahasa Madura                                 Bahasa Indonesia
agu’-onggu’an                                    mengangguk-angguk
abak-tebbakan                                     tebak-tebakan
acap-ocapan                                       berbicara
aweng-owengan                                  menggelengkan kepala
aga’-raga’an                                       meraba-raba
agap-gagaban                                     menyentuh
aru-garuan                                          menggaruk-garuk
akor-korkoran                                     menggaruk-garuk pantat
agit-gitgidan                                        menggaruk kepala
atjar-katjaran                                      menendang-nendang
aka’-rangka’an                                   merangkak
aju’-toju’an                                         duduk-duduk
atar-kataran                                        meluap-luap
alok-ologan                                         memanggil-manggil
apek-kepeggan                                    mengepakkan
kan-ngakanan                                                 makan-makan
adha-kandhaan                                   berbincang-bincang
bay-kerbayan                                      mengayunkan
adhak-baddhakan                               menghalang-halangi
aka’-berka’an                                      berlari-larian
alan-djalanan                                      berjalan-jalan
asir-essiran                                          berpacaran
adhung-tedhungan                              tidur-tiduran
aker-pekkeran                                     memikirkan
adep-keddeban                                    berkedap-kedip
te-potean                                             putih-putihan
rang-terrangan                                    terang-terangan
gung-plenggungan                              marah
kay-rakayan                                        tenggelam
ros-terrosan                                         terus-terusan
nol-pennolan                                       tidak ada
le-ollean                                              oleh-oleh
bu-rombuan                                        sampah-sampah
kar-djikaran                                        pedati
bul-ombulan                                        umbul-umbul
ka’-bungka’an                                     pohon-pohon
men-tamenan                                      tanam-tanaman
la’-sakola’an                                       sekolah-sekolahan
se-korsean                                           kursi-kursian
bu-obuan                                             hewan ternak
un-dhaunan                                         daun-daunan
dhi’-andhi’an                                      punya-punyaan
sa-jasana                                             jasa-jasanya
adha-tandha                                        bertanda-tanda
bang-sebangan                                    sama rata
li-balian                                               mondar-mandir
nem-taneman                                      tanam-tanaman
adha-kandha                                       ngobrol/berbicara
akes-rengkes                                        bersih-bersih/merapikan
ako’-buko’                                           berselimut
asa-sassa                                             mencuci
wa-buwana                                         buah-buahannya
eca’-lecca’                                           diremas-remas
akak-ngakak                                        terbahak-bahak
asot-posot                                            menggosok-gosok
pa’-mateppa’                                       mencocokkan 
along-polong                                       berkumpul-kumpul
ata-juta                                                berjuta-juta
acem-macem                                       bermacam-macam
esak-rosak                                           dirusak
atak-kotak                                            berkotak-kotak
ateng-lenteng                                       bermondar-mandir
ka’-tabarangka’                                  terluntah-luntah
ali’-bali’                                              berbalik-balik
apol-kompol                                        berkumpul
ale’-pale’                                             terpelintir
abak-rembak                                       berembuk/bermusyawarah
aca’-kenca’                                         melompat-lompat
elos-ellos                                             dielus-elus
erong-koronge                                     dikurung-kurungi
ada-bida                                              berbeda-beda
abu-dabu                                             berbicara
ero-soro                                               disuruh-suruh
eja-kaja                                               memaksakan
adha-kandha                                       berbicara
ale-ngalle                                            berpindah-pindah?
athok-kothok                                        berbisik-bisik
ate-ngate                                             berhati-hati
ara-kera                                              mengira-kira
areng-sareng                                       bersama-sama
adep-keddeb                                        berkedip-kedip
nem-tanemna                                      tanamannya
thel-makenthel                                     mendekati
bat-obadan                                          obat-obatan
kal-ngakale                                          berbohong
ren-arenna                                          hari-harinya

Kata agu’-onggu’an (bahasa Madura) dalam bahasa Indonesia bermakna ’mengangguk-angguk’ dan kata asir-essiran (bahasa Madura) dalam bahasa Indonesia bermakna ’berpacaran’. Kata pertama jelas berbeda pola pengulanannya dan perbedaan kata kedua terletak pada pola pengulangangan dan makna yang tidak mengalami pengulangan. Hal itu terjadi karena pengulangan bahasa Madura mengalami penghilangan pada suku kata pertama dari bentuk dasar yang diulang dan juga berlaku untuk contoh-contoh yang lain. Jadi, pola pengulangan yang berkombinasi dengan proses pembubuhan afiks antara Bahasa Madura dengan Bahasa Indonesia berbeda.

Persamaan Pola Pengulangan yang Berkombinasi dengan Proses Pembubuhan Afiks antara Bahasa Madura dengan Bahasa Indonesia
Pola pengulangan yang berkombinasi dengan proses pembubuhan afiks antara bahasa Madura dengan bahasa Indonesia tidak ada persamaan. Hal ini terjadi karena pengulangan bahasa Madura mengalami penghilangan pada suku kata pertama dari bentuk dasar yang diulang dan juga berlaku untuk contoh-contoh yang lain. Hal itu dapat dilihat pada contoh berikut.

Bahasa Madura                                 Bahasa Indonesia
agu’-onggu’an                                    mengangguk-angguk
abak-tebbakan                                     tebak-tebakan
acap-ocapan                                       berbicara
aweng-owengan                                  menggelengkan kepala
aga’-raga’an                                       meraba-raba
agap-gagaban                                     menyentuh
aru-garuan                                          menggaruk-garuk
akor-korkoran                                     menggaruk-garuk pantat
agit-gitgidan                                        menggaruk kepala

Perbedaan Pola Pengulangan Perubahan Fonem antara Bahasa Madura dengan Bahasa Indonesia
Terdapat perbedaan pola pengulangan perubahan fonem antara bahasa Madura dengan bahasa Indonesia. Untuk membuktikan kebenaran adanya perbedaan pola pengulangan perubahan fonem antara Bahasa Madura dengan Bahasa Indonesia dapat dilihat pada pemaparan di bawah ini.

Bahasa Madura                                 Bahasa Indonesia
dak-mardik                                          uring-uringan
jan-anjin                                              ayunan

Kata dak-mardik (bahasa Madura) dalam bahasa Indonesia bermakna ’uring-uringan’ dan kata asir- jan-anjin (bahasa Madura) dalam bahasa Indonesia bermakna ’ayunan’. Kata pertama dan kata kedua jelas berbeda pola pengulanannya, karena pengulangan bahasa Madura mengalami penghilangan pada suku kata pertama dari bentuk dasar yang diulang dan pengulangan Bahasa Indonesia tidak terjadi perubahan fonem. Jadi, pola pengulangan perubahan fonem antara bahasa Madura dengan bahasa Indonesia berbeda.

Persamaan Pola Pengulangan Perubahan Fonem antara Bahasa Madura dengan Bahasa Indonesia
Pola pengulangan perubahan fonem antara bahasa Madura dengan bahasa Indonesia tidak ada persamaan. Hal ini terjadi karena pengulangan bahasa Madura mengalami penghilangan pada suku kata pertama dari bentuk dasar yang diulang dan juga berlaku untuk contoh-contoh yang lain. Hal itu dapat dilihat pada contoh berikut.

Bahasa Madura                                 Bahasa Indonesia
dak-mardik                                          uring-uringan
jan-anjin                                              ayunan

Perbedaan Pola Pengulangan Semu antara Bahasa Madura dengan Bahasa Indonesia
Terdapat perbedaan pola pengulangan semu antara bahasa Madura dengan bahasa Indonesia. Untuk membuktikan kebenaran adanya perbedaan pola pengulangan semu antara Bahasa Madura dengan Bahasa Indonesia dapat dilihat pada pemaparan di bawah ini.

Bahasa Madura                                 Bahasa Indonesia
mang-mang                                         ragu-ragu
dhur-dhur                                            memar/busuk
sok-sok                                                kali
bang-bang                                           sayap
kolang-kaling                                      buah enau
buk-buk                                               memukul

Kata dhur-dhur (bahasa Madura) dalam bahasa Indonesia bermakna  memar/busuk’. Kata tersebut berbeda pola pengulanannya dan makna dari kata itu tidak mengandung pengulangan semu. Jadi, pola pengulangan semu antara bahasa Madura dengan bahasa Indonesia berbeda.

Persamaan Pola Pengulangan Semu antara Bahasa Madura dengan Bahasa Indonesia
Pola pengulangan semu antara bahasa Madura dengan bahasa Indonesia tidak ada persamaan. Hal ini terjadi karena bentuk dasar pengulangan bahasa Madura tidak memiliki makna, sedangkan dalam bahasa Indonesia tidak mengalami pengulangan dan kalau mengalami pengulangan, bentuk dasar memiliki makna. Hal ini dapat dilihat pada pemaparan di bawah ini.

Bahasa Madura                                 Bahasa Indonesia
mang-mang                                         ragu-ragu
dhur-dhur                                            memar/busuk
sok-sok                                                kali
bang-bang                                           sayap
buk-buk                                               memukul
           
KESIMPULAN
Pola pengulangan kata dalam bahasa Madura sangat unik, karena jarang dan malah tidak ada pengulangan sejenis yang mengulang suku kata bentuk dasar kedua dan kebanyakan bentuk dasarnya berada pada morfem ulang  kedua. Perbandingan yang sangat mencolok dapat dilihat antara pola pengulangan Bahasa Madura dengan bahasa Indonesia. Dalam pengulangan kata bahasa Madura terdapat perbedaan pola pengulangan kata dengan bahasa Indonesia dalam hal  pola pengulangan sebagian, pola pengulangan yang berkombinasi dengan proses pembubuhan afiks, pengulangan dengan perubahan fonem, dan pola pengulangan semu. Dalam pengulangan kata bahasa Madura terdapat persamaan pola pengulangan kata dengan bahasa Indonesia dalam hal pola pengulangan seluruh saja.

DAFTAR RUJUKAN
Chaer, Abdul. 2003. Psikolinguistik: Kajian Teoritik. Jakarta: Rineka Cipta.
Chaer, Abdul. 2008. Morfologi Bahasa Indonesia: Pendekatan Proses. Jakarta: Rineka Cipta.
Dradjid, M, dkk. 2002. Pengajaran Basa Madura. Bogor: Ghalia Indonesia.
Putrayasa, Ida Bagus. 2008. Kajian Morfologi: Bentuk Derivasional dan Infleksional. Bandung: Refika Aditama.
Ramlan, M. 1985. Morfologi Suatu Tinjauan Deskriptif. Yogyakarta:  C.V. Karyono.
Soegianto, dkk. 1986. Pemetaan Bahasa Madura di Pulau Madura. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.

Tarigan, Henry Guntur. 1987. Pengajaran Morfologi. Bandung: Angkasa.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar